Sejarah Gereja

SEJARAH PAROKI SANTO PAULUS PRINGGOLAYAN YOGYAKARTA

Paroki Santo Paulus Pringgolayan boleh dikatakan memiliki rekam jejak sejarah yang panjang dan khas. Jika kita ringkas beberapa tonggak sejarah yang bisa menjadi catatan.

# Tahap Sebelum Tahun 1984

Sebelum tahun 1974

Sebelum diberi nama Stasi Santo Paulus Pringgolayan dengan tahun 1974, umat katolik di wilayah ini bergabung bergabung pada Kring Kotagede Raya, yang wilayahnya memanjang mulai Giwangan, Tegalgendu, Kotagede, Gedongkuning, Sekarsuli, Gamelan, Ngipik dan Mantup, serta masih menginduk pada beberapa paroki.

Kegiatan umat tersebut termasuk ibadat ekaristi yang dilaksanakan secara rutin di kediaman Bapak Fransiskus Xaverius Sardjono (Giwangan) dan Bapak Agustinus Sukirdjo (Tandansari). Kegiatan tersebut menjadi inspirasi untuk mendirikan sebuah gereja stasi secara permanen.

Tahun 1974

Pada tahun ini Kring Kotagede Raya mekar menjadi 2 kring yaitu Kring Kotagede dan Kring Matias.

Tahun 1977

Pada saat Paroki Santo Yusup Bintaran dipimpin Romo Blasius Pujaraharja, Pr. (sekarang Uskup Ketapang), beliau memberi gagasan untuk mendirikan gereja baru di sebelah timur sungai Gajahwong. Gagasan ini kemudian ditindaklanjuti oleh romo penggantinya, yaitu Romo Laurentius Wiryadarmaja Pr, yang waktu itu menjabat pula sebagai Vikep DIY, dengan mengadakan Novena dan penggalangan dana dari umat di 2 (dua) Kring yang ada.

Tahun 1979

Pada tanggal 31 Mei 1979, dalam pertemuan antara Romo Vikep dengan Kardinal Yustinus Darmoyuwono, Pr., Bapak Kardinal menawarkan bantuan sebesar Rp. 5.000.000,- untuk pembelian tanah. Tawaran tersebut langsung diterima oleh Romo Laurentius Wiryadarmaja, Pr. dan dibelikan tanah seluas 2000 m2.

Tahun 1980

Pada tahun ini ada penambahan tanah seluas 350 m2 yang dibeli dengan dana swadaya umat Kring Kotagede dan umat Kring Matias. Pada tanggal 10 Agustus 1980, Dewan Paroki Santo Yusup Bintaran sebagai “Gereja Induk”, membentuk Panitia Pembangunan Gereja Pringgolayan dengan Ketua Umum Bapak Cornelius Tjiptosumarto, Ketua Harian Bapak Raden Stephanus Sutaryono Dewosusanto, Sekretaris Bapak Joachim Moedjijo, dan Bendahara Bapak Yohanes Djeni Sastrodarmodjo. Mereka bahu membahu bersama seluruh umat Paroki mengumpulkan dana. Umat Kring Kotagede dan Kring Matias bergotong royong meratakan tanah dan membuat pagar, serta menggali tanah untuk pondasi gereja.

Tahun 1981

Tanggal 10 November 1981 pukul 16.00 WIB dalam suasana hujan deras dan petir menggelegar, Romo Julianus Sunarka, SJ selaku ekonom KAS melakukan peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan gereja, dengan perayaan misa yang diikuti seluruh umat. Walau kondisi hujan, umat tanpa bergeming tetap mengikuti upacara tersebut sampai selesai.

Tahun 1982 – 1983

Masa-masa ini merupakan masa penuh semangat dimana umat bahu membahu menyiapkan lahan untuk pendirian gereja. Dalam masa ini, umat mengadakan ibadat maupun perayaan Ekaristi dengan beralaskan pasir dan batu, di antara tiang pancang bangunan dan bambu. Bersamaan dengan itu umat terus mengumpulkan dana. Pada periode ini Kring Kotagede dimekarkan menjadi 2 kring, yakni Kring Xaverius dan Kring Kotagede, sehingga dengan Kring Matias sudah ada sebelumnya, keseluruhannya menjadi 3 kring.

# Tahap Tahun 1984 – 1986

Tahun 1984 – 1985

Periode ini merupakan periode dengan kepengurusan Dewan Stasi pertama yang diketuai oleh Bapak Raden Stephanus Sutaryono Dewosusanto dan dipimpin Pastor Kepala Romo Fransiskus Xaverius Sutowibawa, Pr. dengan pastor pembantu Romo Vincentius Kirjito, Pr. serta dibantu tokoh-tokoh umat seperti Bapak Agustinus Sukirdjo, Bapak Ignatius Sunaryo, Bapak Yohanes Djeni Sastrodarmodjo, Bapak Joachim Moedjijo, Bapak Agustinus Hardjono, Bapak Tarsisius Maria Haryatno, Bapak Yohanes Kahono dan tokoh lainnya. Dewan dan para tokoh tersebut menggerakkan seluruh umat untuk bahu membahu mewujudkan keinginan membangun gereja ini. Pada periode ini juga ada swadaya umat dalam pembelian tanah seluas 959 m2.

Tahun 1986

Hari Sabtu Pahing, 25 Januari 1986, yang juga dirayakan oleh Gereja sebagai Hari peringatan pertobatan Santo Paulus, dijadikan sebagai tonggak sejarah diresmikannya bangunan Gereja. Peresmian tersebut dilakukan dengan penandatanganan prasasti sinengkalan “Rasa Angesti Luhuring Widi” (1986) oleh Bupati Kabupaten Bantul, Bapak Murwanto Suprapto bersama Bapak Uskup Agung Semarang, Mgr. Yulius Riyadi Darmaatmaja, SJ. Sore harinya diadakan misa perdana yang dilakukan oleh Bapak Uskup dilanjutkan pagelaran wayang kulit semalam suntuk oleh dalang Ki Timbul Hadiprajitno dengan lakon “mBangun Candi Saptorenggo”.

Pada tahun ini Kring Kotagede juga berubah nama menjadi Lingkungan Sanjaya. Tahun ini Kring Pleret yang semula merupakan wilayah dari Paroki Santo Yakobus Klodran, bergabung ke Stasi Santo Paulus Pringgolayan.

# Tahap Tahun 1987 – 1996

Dalam periode ini Dewan Stasi diketuai oleh Bapak Agustinus Soenarto. Hal-hal penting yang terjadi pada masa ini antara lain:

  • Pada tahun 1988 diadakan pembangunan pagar keliling gereja dari seluruh areal luas tanah gereja yang ada.
  • Pada tahun 1989 Pastor Kepala Paroki Bintaran diganti oleh Romo Albertus Wedyowiratno, Pr. dibantu Romo Christianus Sugiono, Pr.
  • Pada tahun 1990 berdiri komunitas Suster Putri Reinha Rosari (PRR) sebagai rumah Novisiat dan Studi.
  • Pada tahun 1990 juga terjadi pemekaran lingkungan yaitu Lingkungan Sanjaya menjadi Sanjaya 1, Sanjaya 2 dan Sanjaya 3 serta Lingkungan Matias menjadi Matias 1 dan Matias 2 (Isidorus) sehingga menjadi 7 lingkungan.
  • Tahun 1991 Gereja Stasi mendapat bantuan seorang Pastor dari Kevikepan DIY untuk menangani tugas khusus yaitu Pengembangan Sosial Ekonomi Umat dan Masyarakat. Pastor tersebut adalah Romo Paulus Susanto, Pr.
  • Pada pada tahun 1992 ada penambahan bentuk fisik gereja pada sayap selatan, yang merupakan bantuan Yayasan Kanisius yang dipergunakan untuk Sekolah Dasar Kanisius Filial Sorowajan.
  • Tahun 1992 masuk pula komunitas Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) untuk pendidikan para Novis yang semakin menambah semaraknya perkembangan dan pemekaran Gereja Santo Paulus Pringgolayan.
  • Pada tahun 1992 juga Romo Albertus Wedyowiratno, Pr. digantikan oleh Romo Christianus Sugiono, Pr. yang sebelumnya merupakan pastor pembantu. Selanjutnya Romo Christianus Sugiono, Pr. sebagai pastor kepala dibantu oleh Romo Bernardinus Saryanto Wiryaputra, Pr.
  • Pada tahun 1993 gereja mendapat bantuan hibah tanah seluas 1.000 m2 dari Bapak Tarsisius Maria Haryatno, sehingga luas keseluruhan tanah gereja menjadi 4.309 m2.
  • Pada tahun 1993 juga Lingkungan Sanjaya 3 mekar menjadi 2 lingkungan yaitu Sanjaya 3 dan Gregorius Agung Sanjaya.
  • Pada tahun 1994 karena perkembangan umat yang pesat, gereja dirasa terlalu sempit sehingga diadakan pembangunan sayap utara.
  • Pada tahun 1996 terjadi pemekaran lingkungan Matias 1 menjadi 3 Lingkungan yaitu Matias 1, Angela Merici dan Maria Martha.

# Tahap Tahun 1997 – 1999

Pada periode ini Dewan Stasi diketuai oleh Bapak Thomas Markus Sumarno dengan Pastor Kepala Romo Bernardinus Saryanto Wiryoputra, Pr. dan dibantu oleh Romo Yohanes Rasul Edy Purwanto, Pr. Dalam kurun waktu ini banyak dilakukan konsolidasi dan penataan operasional serta pengelolaan tata penggembalaan yang lebih mandiri.

  • Pada tahun 1997 lingkungan Matias dimekarkan menjadi Matias dan Mikael.
  • Pada tahun 1998 dibangun ruang istirahat pastor yang menyambung sayap selatan gereja.

# Tahap Tahun 2000 – 2002

Pada periode ini, Dewan Stasi diketuai oleh Bapak Robertus Rudy Suselo dengan Pastor Paroki Romo Matheus Joseph Ria Winarta, Pr. dibantu oleh Romo Fransiskus Xaverius Suhanto, Pr.

  • Tahun 2000, ditambah sarana-prasarana dengan membangun ruang tamu sederhana, garasi, dan ruang koster, serta memugar bangunan koperasi simpan pinjam Yohanes Rasul menjadi Panti Stasi.
  • Tahun 2002, dibangun jalan konblok mulai dari pintu gerbang sebelah utara sampai depan bangunan gereja.

# Tahap Tahun 2003 – 2005

Pada periode ini Dewan Stasi kembali diketuai oleh Bapak Thomas Markus Sumarno dengan Pastor Paroki Romo Antonius Jarot Kusno Priyono, Pr. dengan dibantu oleh Romo Fransiscus Xaverius Agus Suryana Gunadi, Pr.

  • Tahun 2003, ruang tamu dan garasi dipugar menjadi pastoran sederhana, dilengkapi ruang tamu, ruang makan.
  • Tahun 2004, Stasi membeli tanah sebelah utara gereja seluas 1.054 m2. Dana berasal dari swadaya umat, dengan bantuan pinjaman dari KAS.

Tanggal 1 Mei 2004, Dewan Stasi membentuk Panitia ad hoc untuk pembuatan master plan gereja beserta kelengkapannya secara tertata dan terencana. Tim Master Plan diketuai Bapak Antonius Suparnjo. Tim tersebut bekerja keras secara marathon mencari data dari berbagai sumber, termasuk dari para pendahulu/perintis yang masih ada, untuk dapat membuat master plan secara akurat. Puji Tuhan, meskipun banyak hambatan, master plan gereja dapat diselesaikan dan disetujui oleh Bapak Uskup Mgr. Ignatius Suharyo, Pr. pada 7 Maret 2006.

Tahun 2005, Romo Fransiscus Xaverius Agus Suryana Gunadi, Pr. diangkat menjadi Pastor Kepala Paroki Santo Yusup Bintaran menggantikan Romo Antonius Djarot Kusno Priyono, Pr. yang dipindahtugaskan ke Paroki Hati Kudus Yesus Ganjuran.

Tahun 2005 peta wilayah Stasi Santo Paulus Pringgolayan berhasil diselesaikan. Peta ini digunakan sebagai dasar penataan Lingkungan di Stasi secara serempak. Pada saat ini Stasi berkembang dari 13 menjadi 20 Lingkungan. Ke-20 Lingkungan tersebut yaitu Blasius, Bartolomeus, Maria Ratu Rosari, Angela Merici, Matias, Maria Marta, Isidorus, Agustinus, Yakobus, Ambrosius, Markus, Gregorius Agung Sanjaya, Fransiskus Xaverius, Alphonsus, Richardus, Matius, Soegiyopranoto, Sanjaya, Barnabas dan Dominikus

# Tahap Tahun 2006 – 2008.

Pada periode ini Dewan Stasi diketuai oleh Bapak Antonius Purwono Budi Santoso, dengan Pastor Kepala Paroki Romo Fransiscus Xaverius Agus Suryana Gunadi, Pr., dan dibantu oleh Romo Agustinus Tejo Kusumantono, Pr. Periode ini cukup memberi gambaran layak tidaknya Stasi Pringgolayan diajukan menjadi sebuah Paroki Administratif. Ada beberapa peristiwa penting yang patut dicatat mengiringi langkah persiapan menuju sebuah Paroki Administratif, antara lain:

Tanggal 27 Mei 2006 pukul 05.55 terjadi gempa yang sangat dahsyat dengan kekuatan 5,9 Skala Richter di wilayah Yogyakarta, Klaten dan sekitarnya. Hal itu membawa pengaruh pada persiapan dan rencana kerja dewan yang telah disusun. Namun dengan kegigihan pengurus, bahu-membahu dan bekerja sama dengan Karina Posko Bintaran, diadakan aksi sosial membantu saudara-saudara yang terkena musibah. Proses ini tidak hanya berhenti pada sekedar memberi bantuan, tapi terus mencoba membantu memulihkan kembali roda perekonomiannya. Selain itu, Karina Posko Bintaran juga membuatkan gedung untuk kegiatan PIA, shelter multi guna, dan rumah taman serta 1 (satu) unit tenda ukuran 10 m x 4 m.

Tahun 2007, atas usulan umat melalui Forum Ketua Lingkungan, Stasi berusaha menambah luas tanah sebelah selatan gereja seluas 1.078 m2. Karena karya Allah, akhirnya tanah tersebut ditawarkan hanya untuk Gereja dan memang sudah diantisipasi oleh Tim Master Plan dengan memberi rencana alternatif. Gayung bersambut, meskipun baru saja menerima musibah gempa, namun umat dengan penuh semangat rela membantu dengan sistem mengangsur guna pembelian tanah tersebut, sehingga luas tanah gereja saat ini menjadi 7000 m2.

Tahun ini juga Dewan membangun pagar gereja sebelah timur yang roboh akibat gempa dengan pagar besi. Untuk memanfaatkan tanah yang baru tersebut, mulai Februari sampai April 2007, umat kembali bergotong royong meratakan tanah untuk lahan parkir mobil guna menyongsong Paskah 2007. Puji Tuhan, hal ini dapat terlaksana dengan baik.

  • Tahun 2007 ini juga dilangsungkan pemekaran 2 lingkungan yaitu Lingkungan Ambrosius menjadi Ambrosius dan Bernadetha serta Lingkungan Gregorius Agung Sanjaya menjadi Bunda Theresa dan Gregorius Agung. Secara keseluruhan jumlah lingkungan di Stasi sampai saat ini menjadi 22 lingkungan.
  • Tahun 2007 ini juga dibangun 2 ruangan yang menyambung bangunan panti stasi sebagai ruang Pelayanan Kesehatan dan ruang Sekretariat Paroki, sebagai persiapan menuju sebuah Paroki Administratif.

Pada akhir tahun 2007 juga dibentuk 2 Panitia ad hoc untuk menindaklanjuti persiapan Paroki Administratif yaitu Tim Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki (PPDP) yang diketuai oleh Bapak Aloysius Suyitno, dan Tim Persiapan Paroki. Ini merupakan sebuah cita-cita umat yang mendambakan sebuah Gereja yang memiliki pastor tetap yang tinggal di Paroki. Umat bahkan berharap ada misa harian serta ada layanan sakramental dan sakramentali yang lebih intensif.

# Tahap Tahun 2009 – 2011

Tanggal 25 Januari 2009 dilakukan pergantian Dewan Stasi yang diketuai oleh Bapak Aloysius Suyitno. Pada awal periode ini dibentuk Panitia ad hoc pembangunan pastoran, yang dipimpin oleh Bapak Antonius Purwono Budi Santoso. Pada hari Minggu Wage tanggal 26 April 2009 diadakan misa konselebrasi yang dipimpin oleh Vikep DIY Rm. Bernardinus Saryanto Wiryaputra, Pr. bersama Rm. Mikhael Sugito, Pr. dan Rm. Martin Fatin, SVD. sekaligus pemberkatan batu penjuru. Usai misa diadakan acara peletakan batu pertama bangunan pastoran oleh Vikep DIY Rm. Bernardinus Saryanto Wiryaputra, Pr. bersama Rm. Mikhael Sugito, Pr., Rm. Martin Fatin, SVD. dilanjutkan oleh wakil umat Bp. Joachim Moedjijo dan Bp. Yohanes Djeni Sastrodarmodjo dan diakhiri oleh Ketua Dewan Stasi Bp. Aloysius Suyitno. Romo Vikep juga berkenan menandatangani batu prasasti untuk gedung pastoran.

Pastor mulai menetap di Paroki Administratif seiring dengan pemberkatan dan peresmian gedung pastoran yang dilaksanakan pada hari Sabtu Pon, 30 Januari 2010.

Tanggal 12 April 2010 dilakukan supervisi oleh Tim Supervisi Keuskupan Agung Semarang (KAS) dengan rekomendasi agar segera dilakukan pembahasan lebih lanjut mengenai peningkatan status dari stasi menjadi Paroki Administratif. Kemudian dibentuk pula Panitia Penyusunan Visi-Misi Gereja Santo Paulus Pringgolayan yang diharapkan menjadi orientasi reksa pastoral Gereja Pringgolayan. Hasil diskusi tim merumuskan visi Gereja sebagai berikut: “Umat Allah Paroki Santo Paulus Pringgolayan yang hidup di tengah pluralitas masyarakat, sebagai persekutuan paguyuban murid-murid Kristus menjadi pembawa keselamatan dan saudara bagi sesama”.

# Tahap Tahun 2011 – 2018

Pada tanggal 15 Agustus 2011 Stasi Santo Paulus Pringgolayan memperoleh peningkatan status menjadi Paroki Administratif. Tahun 2012 reksa pastoral mulai berkembang dengan adanya misa harian yang dihadiri sekitar 75-150 umat setiap harinya. Pada bulan Maret 2015 mulai ada tambahan misa mingguan pada hari Minggu sore, sehingga misa mingguan menjadi 3 kali, yaitu Sabtu sore (pukul 17.00), Minggu pagi (pukul 07.30), dan Minggu sore (pukul 17.00).

Momentum 15 Agustus 2011 menjadi Paroki Administratif memicu umat untuk berupaya ke tataran selanjutnya yaitu menjadi Paroki Mandiri. Berbagai upaya dilakukan agar mampu menyajikan sejauh mana kelayakan, apabila ada penilaian dari KAS.

# Tahap Tahun 2018 – sekarang

Tahun 2018

Pada awal tahun 2018, tepatnya tanggal 25 Januari 2018, terjadi peristiwa penting bagi Gereja Santo Paulus Pringgolayan, yaitu perubahan status dari Paroki Administratif menjadi Paroki Mandiri. Perubahan tersebut didasarkan pada Surat Keputusan pendirian Paroki Nomor: 0013/B/I/6-91/18 dari Bapa Uskup Mgr. Robertus Rubiyatmoko, tertanggal 4 Januari 2018. Peresmian perubahan status tersebut dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 27 Januari 2018 oleh Uskup Keuskupan Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko dan dihadiri Bupati Bantul, Bapak Drs. H. Suharsono, yang ditandai dengan penandatanganan prasasti. Peristiwa penting tersebut bertepatan dengan ulang tahun Gereja Santo Paulus Pringgolayan yang ke-32 (Catur Windu). Dengan adanya perubahan status tersebut maka Paroki Santo Paulus Pringgolayan menjadi paroki mandiri dan tidak lagi berada di dalam reksa pastoral Paroki Santo Yusuf Bintaran dalam melaksanakan tugas pelayanannya.

Baca artikelnya : Peresmian Paroki Mandiri dan Ulang Tahun Catur Windu

Pada tanggal 25 Januari 2018, Rama Agustinus Ariawan, Pr. mulai berkarya sebagai Pastor Paroki Santo Paulus Pringgolayan Yogyakarta. Kemudian, pada tanggal 1 Juli 2018, Rama Franciscus Assisi Suntara, Pr.. mulai berkarya sebagai Vikaris Parokial Paroki Santo Paulus Pringgolayan.

Tahun 2020

Pada tanggal 1 Januari 2020, Rama Yustinus Joko Wahyu Yuniarto, Pr. mulai berkarya sebagai Vikaris Parokial Paroki Santo Paulus Pringgolayan.

Tahun 2022

Pada periode ini jumlah lingkungan telah berkembang menjadi 29 lingkungan yang tersebar dalam 5 wilayah, dengan jumlah umat sekitar 4000-an. Inilah karya Allah dan realita cita-cita umat Santo Paulus Pringgolayan. Kita percaya Tuhan yang berkarya dan Tuhan pula yang akan menyempurnakannya. Berkah Dalem

Demikianlah sejarah perjalanan/perkembangan umat dan sarana fisik Paroki Santo Paulus Pringgolayan. Kita percaya Tuhan telah memulai pekerjaan baik bagi Gereja dan Tuhan pula yang akan menyempurnakannya.

Berkah Dalem

Loading

Copyright © 2024
Gereja Katolik Paroki Santo Paulus Pringgolayan