Pengalaman dan Harapan Anak-Anak dalam Kegiatan di Gereja

Shelter di belakang Gereja Pringgolayan menjadi tempat pertemuan kedua dari komunitas AMDG (Anak Menulis Dijiwai Gereja). Minggu pagi, 16 Januari 2022, beberapa anak dan remaja kembali berkumpul untuk mengikuti pelatihan menulis.

Mereka akan diminta dan dibimbing untuk menulis tentang kesan serta pengalaman yang dialami ketika bertugas dalam perayaan Ekaristi di gereja (bagi yang sudah pernah pengalaman bertugas) entah sebagai misdinar, organis, dan lain-lain.
Sementara, bagi peserta yang belum punya pengalaman bertugas, akan dimintakan menulis tentang harapan serta apa yang akan mereka lakukan kalau besok-besok mendapat kesempatan untuk bertugas di gereja.

Berikut saya akan menunjukkan hasil tulisan dari anak-anak.

Pengalaman Pelayanan
Aku sering mendapatkan tugas di Gereja, terutama putra altar dan organis. Hampir setiap bulan aku pasti mendapat tugas. Ini memang sedikit merepotkan dan sering kali aku malas, tetapi tetap kulakukan karena pasti berguna bagiku dan sesama.
Aku mulai melayani sebagai putra altar sejak aku komuni pertama, sekitar kelas 4 atau 5. Aku sudah memiliki banyak pengalaman yang tentunya tidak bisa kuceritakan di sini semua. Tugas putra altar tidak terlalu sulit, apalagi kalau sudah terbiasa. Meski begitu, ada saat di mana tugas itu terasa sulit dan aku banyak melakukan kesalahan.
Pengalaman unik yang paling kuingat saat bertugas putra altar adalah tugas Natal pertamaku (atau kedua). Saat itu aku mendapat tugas membawa salib/gedog. Saat latihan geladi bersih, kami sudah lancar tanpa kesalahan. Tetapi di saat bertugas, ada sebuah momen yang sedikit memalukan. Setelah Doa Syukur Agung, romo akan mengatakan “Amin”, dan temanku yang bertugas gong harus memukul gongnya, lalu aku akan membunyikan gedog, aba-aba untuk berdiri. 
Ternyata, misa Natal itu menggunakan beberapa jawaban “Amin” yang diselingi doa-doa. Sialnya, temanku sudah membunyikan gong pada amin pertama, dan mungkin karena tidak fokus, aku ikut membunyikan gedog setelahnya. Semua temanku berdiri dan bersiap turun untuk Bapa Kami. Tetapi ternyata doanya belum selesai, dan semua umat masih duduk. Dengan perasaan malu, aku menyuruh semua temanku kembali naik ke altar.
Untuk tugas organis lebih susah dari misdinar. Aku memang sudah memiliki latar belakang musik, tetapi organ/electone adalah alat musik yang sedikit berbeda. Piano yang aku mainkan membutuhkan 2 tangan, tetapi organ membutuhkan 2 tangan dan kaki. Karena itu, aku berlatih sekuat tenaga sebelum tugas pertama. Meskipun sudah berlatih, pada tugas pertama, aku deg-degan sampai kakiku sedikit gemetar.
Aku sudah menjadi organis sejak 2 tahun lalu, dan aku sudah mempelajari banyak hal. Sekarang jika bertugas aku tidak segugup dulu, meskipun masih banyak salah. Itulah beberapa pengalamanku saat melayani di Gereja. (Arlen-Lingkungan Barnabas)

Kejadian Ketika Tugas Natal Pagi 2021
Ketika tugas misa Natal pagi aku mendapatkan bagian sebagai pembawa ratus. Saat itu aku sedang berada di dalam ruangan sakristi, mendadak dengan tiba-tiba temanku yang bertugas membawa lentera membuka pintu sakristi dari arah dalam gereja sambil memegang lentera yang kacanya sudah pecah.
Pada saat itu aku langsung kaget karena kupikir ini sudah waktunya bagiku menuju altar, tetapi ternyata belum saatnya.
Perasaan kaget bertambah lagi karena saat itu juga kakiku terkena tetesan lilin yang mencair. (Agatha-Lingkungan Barnabas)

Saya Ingin Menjadi Petugas Misdinar (Putra Altar)
Saya dari awal setelah komuni pertama ingin sekali menjadi petugas misdinar. Namun, itu belum terwujud sampai sekarang ini. Awal pelajaran komuni pertama saya masih kelas 4 SD. Saat itu saya masih berumur 9 tahun sehingga belum cukup umur untuk bertugas sebagai misdinar.
Setelah komuni pertama saya sangat excited ingin menjadi misdinar. Namun, kenyataannya berbeda, karena kakak saya yang bernama Nikolaus Nada tidak mau mendaftarkan saya sebagai petugas misdinar. Meski demikian, saya sudah mengikuti kegiatan lektor, walau belum bertugas. Dulu saya mau bertugas sebagai lektor, tapi belum jadi terlaksana karena adanya pandemi. (Cha-cha-Lingkungan Isidorus)

Kisah-Kisah Saat Bertugas di Gereja
Pada kelas 4 SD untuk pertama kalinya aku bertugas misdinar bersama tiga orang lainnya, yang beberapa di antaranya belum kukenal. Pernah juga aku gagal bertugas karena adanya pandemi Covid-19. Walaupun sudah mempersiapkan segalanya, kita tetap harus menunda untuk bertugas.
Kemudian, untuk pertama kalinya lagi bertugas, pastinya aku merasa gugup dan kurang percaya diri karena sudah lama tidak pernah bertugas. Selain bertugas misdinar, aku sempat mengikuti kegiatan-kegiatan kecil lainnya. Tentu aku merasa senang dapat bertugas lagi bersama teman-teman lainnya. (Gita-Lingkungan Dominikus)

Pengalamanku Bertugas Misa Malam Natal
Aku pernah bertugas sebagai misdinar di gerejaku, Gereja St. Paulus Pringgolayan. Yang terbaru, aku bertugas dalam mīsa malam Natal pertama, tanggal 24 Desember 2021. Latihan pertama dimulai pada tanggal 24 November. Pada latihan itu, kakak Penanggung Jawab (PJ) membagi tugas atau bagian kami. Aku terpilih menjadi pembawa ratus. Teman-teman satu timku kebanyakan dari kelas 7 sepertiku, jadi aku sudah mengenal mereka.
Kami rutin berlatih setiap minggunya supaya lebih hafal. Ketika jadwal geladi bersih tiba, kami dapat melakukannya dengan cukup baik dan kompak. Pada hari-hari terakhir sebelum bertugas, kami berlatih dengan sungguh-sungguh. Saat latihan, aku sempat tersandung karena tidak sengaja menginjak ujung celana sendiri saat menaiki tangga. Untungnya aku tidak sampai terjatuh. Aku pun berhati-hati saat menaiki tangga lagi.
Pada hari H, kami datang awal karena harus bersiap terlebih dulu. Terutama untuk petugas perempuan, karena kami akan didandani. Setelah kami berganti baju misdinar, kakak-kakak PJ menata dan mendandani rambut kami. Petugas lainnya ikut bersiap-siap. Lalu kami duduk sambil menunggu waktu. Kami duduk sembari kakak PJ menjelaskan hal terkait teknis penerimaan komuni. Ketika tiba saatnya, kami dan para petugas berbaris untuk perarakan. Kami berjalan memasuki gedung gereja, dan misa pun dimulai.
Puji Tuhan, misa dapat berjalan dengan lancar, meski kami menyadari ada beberapa kesalahan kecil. Bagaimanapun, kami sudah bertugas dengan kompak dan melakukan yang terbaik. Kami juga tetap bersemangat walaupun hujan turun cukup deras kala itu. Setelah misa usai, kami berganti pakaian lalu duduk di shelter. Di sana kami mengobrol dan mengevaluasi tugas sambil menikmati snack. Yang seru adalah, kakak PJ mentraktir kami makan es krim. Aku sangat senang dapat bertugas dalam misa malam Natal. Semoga ke depannya aku semakin sering mendapat giliran tugas. (Tata-Lingkungan Angela Merici)

Tugas Misdinar Pertamaku
Dulu sebelum Corona aku sempat ikut tugas misdinar setelah aku menerima komuni pertama. Karena masih tugas pertama, aku masih agak deg-degan waktu itu. Aku bertugas bersama 3 orang lainnya, jadi ada 4 orang, cewek 2 dan cowok 2. Waktu aku bertugas pertama kali, saat itu misanya dipimpin oleh Romo Yuyun.
Beberapa bulan sebelum Corona datang, aku sempat akan bertugas misdinar untuk misa Paskah pagi. Saat itu rencananya aku akan bertugas mendapat bagian menjadi amplen. Aku sudah latihan setiap minggunya.
Namun, ternyata waktu itu Corona sudah tersebar di Indonesia, jadi tugas misdinarku berikutnya gagal. Misa Paskahnya pun saya ikuti secara online, tetapi tidak apa-apa, yang penting aku sudah merasakan bagaimana itu tugas misdinar. Semoga di kesempatan lain aku bisa bertugas misdinar lagi. (Salva-Lingkungan Barnabas)

Pengalaman Misdinarku
Setelah aku menyelesaikan pelajaran komuni pertama dan sudah menerima Sakramen Ekaristi, aku mulai mengikuti kegiatan Putra Altar (misdinar). Waktu pertama aku latihan, ada sedikit rasa gugup karena belum banyak mengerti tentang alat-alat serta fungsinya. Pada tugas perdanaku, aku merasa cukup lancar tetapi hanya saja masih merasa nervous. Lalu pada tugas kedua, aku sudah merasa lebih bisa daripada sebelumnya.
Kemudian, pada tugas-tugas selanjutnya, aku dijadwalkan mendapat tugas pada hari raya Sabtu Palma. Namun, tanpa diduga kita semua, ternyata virus Covid-19 telah merebak di Indonesia. Maka dari itu, latihan pun dihentikan dan gereja tidak jadi mengadakan perayaan dalam hari besar menuju Paskah. Dari kejadian itu, gereja mulai ditutup dan tidak mengadakan misa offline, melainkan diganti dengan misa online.
Setelah adanya misa online, kegiatan misdinar juga ditiadakan. Aku mengikuti misa juga hanya dari rumah yaitu melalui youtube ataupun media sosial lainnya. Seiring berjalannya waktu, Covid-19 akhirnya mulai mereda dan gereja-gereja mulai dibuka kembali, tetapi tetap dengan mematuhi protokol kesehatan. Hampir 2 tahun saya tidak pernah pergi ke gereja sampai akhirnya sekarang saya bisa kembali beribadah ke gereja lagi.
Saat ini sudah mulai ada lagi jadwal dan kegiatan misdinar. Tugas pertama aku setelah pandemi justru rasanya seperti tugas perdana dulu. Aku sudah lupa dengan tata cara tugas misdinar, sehingga aku perlu belajar dari awal lagi. Pada akhirnya, aku semakin lancar dan sudah mendapat tugas seperti biasa untuk mengikuti misa offline di gereja. (Keket-Lingkungan Sanjaya)

Pengalaman Bertugas di Gereja
Pengalamanku bertugas di gereja adalah aku pernah menjadi organis di gereja. Salah satu yang kuingat, saat bertugas menjadi organis aku sempat salah mengiringi lagu. Meski demikian aku tetap semangat.
Selain organis, aku juga sering bertugas menjadi putra altar.
Aku sangat senang karena pernah bertugas menjadi putra altar saat perayaan Natal bersama teman-teman. Ketika itu posisiku membawa gedog. (Alleyd-Lingkungan Barnabas)

Tugas Pertama Putra Altar
Aku ingin menceritakan pengalamanku ketika bertugas misdinar atau putra altar pertama kalinya. Pertama, aku akan menceritakan pengalaman saat aku berlatih.
Ada sedikit masalah saat latihan, yaitu jadwal latihan yang seharusnya dilakukan sebanyak dua kali menjadi hanya satu kali, karena pada latihan pertama ternyata gedung gereja sedang dipakai. Tetapi itu bukanlah halangan yang berarti.
Aku berlatih dengan salah satu orang teman. kami membuat banyak kesalahan yang sering terulang. Aku juga sedikit panik karena aku hanya dapat berlatih satu kali. Ketika saat bertugas aku sedikit gugup karena itu adalah tugas perdanaku. Namun, akhirnya aku dapat bertugas dengan lancar walaupun hanya berlatih sekali. Aku sangat bangga karena dapat bertugas dengan baik. (Radit-Lingkungan Barnabas)

Tugas Pertama Kali
Waktu itu saya bertugas mīsdinar untuk pertama kalinya. Saat itu saya merasa gugup. Setelah memasuki gereja saya merasa grogi dan malu dilihat banyak orang. Mungkin karena itu adalah tugas misdinar saya yang perdana. Namun, setelah misa dimulai, saya merasa sudah tidak terlalu gugup dan malu.
Saat bertugas saya merasa ada sedikit kesalahan. Bisa jadi itu karena saya yang kurang berlatih. Pada saat di atas altar saya melakukan kesalahan, yang kemudian oleh romo saya dibisikan sesuatu, yaitu “Banyak berlatih lagi ya..”. Setelah misa selesai saya merasa senang dan sudah tidak merasa gugup dan malu lagi. (Ardha-Lingkungan Dominikus)

Rencanaku Kalau Bertugas di Gereja
Halo, namaku Excel. Aku berumur 10 tahun. Tahun kemarin aku baru menerima komuni pertama. Rencananya di tahun ini aku akan mengikuti kegiatan misdinar, agar bisa membantu romo. Itulah rencana dan harapanku. (Excel-Lingkungan Barnabas)

Jika ada anak dan remaja yang tertarik ikut bergabung dalam komunitas AMDG, silakan bisa kontak ke nomor: 08156812478

Loading

Tentang Penulis

Warga RT 10 & Umat Lingkungan St. Barnabas Gereja St. Paulus Paroki Pringgolayan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2024
Gereja Katolik Paroki Santo Paulus Pringgolayan